Bapak Samsuri adalah seorang tukang sampah yang bekerja di Kelurahan Kebon Kelapa, RW 03, daerah Batutulis , Jakarta Pusat. Bapak berumur 60 tahun ini sudah menekuni pekerjaannya selama kurang lebih 25 tahun. Beliau memiliki keluarga yang terdiri dari seorang istri, dan dua orang anak. Keluarganya tinggal di kampung, tepatnya di daerah Purwakarta. Istri beliau bekerja sebagai petani di kampung. Anak pertamanya berumur 16 tahun, dan hanya bisa menempuh pendidikan sampai jenjang SD. Sekarang, anak pertamanya bekerja membantu ibunya bekerja sebagai petani di kampung. Anak keduanya masih duduk di kelas 6 SD. Ketika ditanya apakah beliau menikmati pekerjaannya sebagai tukang sampah, beliau tersenyum kecil dan menjawab bahwa beliau menikmati dan mensyukuri pekerjaannya karena hanya pekerjaan ini yang bisa beliau kerjakan. ”Bisanya begini, mau nggak mau. Daripada jadi pengangguran kan?” lanjut beliau. Terbatasnya lapangan pekerjaan di Jakarta juga menjadi salah satu alasan kenapa beliau memilih lapangan pekerjaan ini untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya di kampung.
Beliau digaji Rp 250.000,00 per bulannya oleh kelurahan setempat. Penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, walaupun terkadang beliau harus ” tutup lubang, gali lubang”. Tidak jarang beliau harus meminjam uang kepada orang lain untuk menutupi masalah finansial keluarganya. Pada sore hari, beliau juga bekerja dengan membantu orang-orang yang membutuhkan bantuannya. Bapak yang sangat sederhana, namun murah senyum ini pernah bekerja sebagai salah satu karyawan kebersihan di lingkungan sekolah Santa Maria, Juanda. Pada waktu itu beliau masih muda, dan mengaku malu bekerja di sana, sehingga beliau sering bolos bekerja dan akhirnya mengundurkan diri, dan memutuskan untuk menjadi tukang sampah. Tentunya, selama 25 tahun bekerja sebagai tukang sampah, beliau banyak mendapatkan pengalaman, baik suka maupun duka yang memberi warna pada kehidupannya.
Salah satu hal yang paling beliau sukai saat bekerja adalah apabila ia diminta pertolongannya, karena hal tersebut dapat menambah sedikit penghasilannya. Walaupun demikian, tak jarang beliau juga mengalami pengalaman yang tak menyenangkan, misalnya beliau harus tetap bekerja walaupun beliau sedang sakit ataupun pada saat cuacanya tidak bersahabat. Terkadang beliau kesal melihat sampah yang bertumpuk di beberapa tempat dan perlu ia angkut padahal gerobak sampahnya sendiri sudah penuh. Hal ini jugalah yang menjadi kendala dalam pekerjaannya.
Demikianlah wawancara kami dengan Bapak Samsuri, seorang tukang sampah yang sangat bersahabat dengan warga sekitarnya. Walaupun terkadang dianggap sebagai ”orang kecil”, peran seorang tukang sampah tentunya sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Tanpa mereka, lingkungan kita tentunya tidak akan bebas dari sampah.
Beliau digaji Rp 250.000,00 per bulannya oleh kelurahan setempat. Penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, walaupun terkadang beliau harus ” tutup lubang, gali lubang”. Tidak jarang beliau harus meminjam uang kepada orang lain untuk menutupi masalah finansial keluarganya. Pada sore hari, beliau juga bekerja dengan membantu orang-orang yang membutuhkan bantuannya. Bapak yang sangat sederhana, namun murah senyum ini pernah bekerja sebagai salah satu karyawan kebersihan di lingkungan sekolah Santa Maria, Juanda. Pada waktu itu beliau masih muda, dan mengaku malu bekerja di sana, sehingga beliau sering bolos bekerja dan akhirnya mengundurkan diri, dan memutuskan untuk menjadi tukang sampah. Tentunya, selama 25 tahun bekerja sebagai tukang sampah, beliau banyak mendapatkan pengalaman, baik suka maupun duka yang memberi warna pada kehidupannya.
Salah satu hal yang paling beliau sukai saat bekerja adalah apabila ia diminta pertolongannya, karena hal tersebut dapat menambah sedikit penghasilannya. Walaupun demikian, tak jarang beliau juga mengalami pengalaman yang tak menyenangkan, misalnya beliau harus tetap bekerja walaupun beliau sedang sakit ataupun pada saat cuacanya tidak bersahabat. Terkadang beliau kesal melihat sampah yang bertumpuk di beberapa tempat dan perlu ia angkut padahal gerobak sampahnya sendiri sudah penuh. Hal ini jugalah yang menjadi kendala dalam pekerjaannya.
Demikianlah wawancara kami dengan Bapak Samsuri, seorang tukang sampah yang sangat bersahabat dengan warga sekitarnya. Walaupun terkadang dianggap sebagai ”orang kecil”, peran seorang tukang sampah tentunya sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Tanpa mereka, lingkungan kita tentunya tidak akan bebas dari sampah.
Oleh: Jessica (Jessy) X-2/10
Roselini X-2/22
No comments:
Post a Comment