Kabahagiaan Tukang Es
Di sebuah sekolah yang terletak di Jl. Bangunan Barat, Kampung Ambon, ada seorang penjual es campur yang bernama Pak Ranu. Para siswa di sekolah itu menyapanya dengan sebutan Pak Yo sebagai panggilan akrab mereka. Pak Ranu bekerja sebagai penjual es di sekolah itu sudah kurang lebih 15 tahun. Sebelumnya, di pernah menjual es tung-tung di daerah Jatinegara dan Rawa Buluk. Jika dihitung, profesinya sebagai tukang es sudah 42 tahun di mulai pasa zaman pemerintahan Presiden Soekarno. Pak Ranu ini seorang kelahiran Sukarjo, Solo. Umurnya sekarang kurang lebih 60 tahun. Ia memiliki seorang istri yang tinggal bersamanya di Jakarta dan 5 orang anak yang sudah bekerja semua. Modalnya dalam menjual es dari dirinya sendiri dan kira-kira mendapat keuntungan Rp 20.000/hari. Penghasilannya sudah cukup baginya karena istrinya pun berdagang bakso di rumahnya. Kadang-kadang es yang ia jual tidak habis. Namun sisanya ia jual di rumah bersama dengan istrinya. Jika anak sekolah libur, ia dan istrinya akan pulang ke kampung. Pak Ranu ternyata mempunyai sawah di kampung warisan dari keluarganya. Namun penghasilan dari bidang pertanian itu pun hanya mencukupi kebutuhan mereka saat waktu panen untuk beberapa hari. Alasannya menjual es di Jakarta hanya sekedar iseng katanya. Dengan penghasilannya yang pas untuk sehari, dia tidak merasa terbebani karena menurutnya, hidup itu harus dinikmati, dan jangan dibawa susah. Pak Ranu mengatakan bahwa semua harapannya sudah terkabul dengan sudah bekerjanya kelima anaknya.
(Tika X2/6 & Marlin X2/17)
No comments:
Post a Comment